Judul buku : Anak Perawan Di Sarang Penyamun
Pengarang : S. Takdir Alisjahbana
Penerbit : Dian Rakyat
Tebal buku : 126 Halaman
Di sebuah hutan tinggallah sekawanan perampok yang dipimpin oleh Medasing. Pada mulanya Medasing berasal dari sebuah dusun kecil sebelah selatan tanah Pasemah. Suatu ketika ia diserang oleh sekawanan perampok. Sewaktu semua penduduk melarikan diri, ia tertinggal dan bersembunyi di suatu tempat yang terlindung. Tak lama kemudian dia diketemukan oleh sekawanan perampok tersebut.Diapun dibawa dan di didik oleh perampok-perampok tersebut. Setelah dewasa Medasing menjadi perampok yang kejam dan bengis. Pada mulanya kawanan perampok tersebut beranggotakan tujuh orang. Akan tetapi, setelah ayah angkat dan seorang temannya terbunuh dalam suatu perampokan , kini kawanan perampok tersebut tinggal lima orang.
Pada suatu ketika, Medasing dan kawan-kawannya hendak merampok saudagar kaya yang bernama Haji Sahak. Dalam pertempuran tersebut Sohan tewas tertusuk keris yang dihujamkan salah satu pengawal Haji Sahak. Selain itu, Haji Sahak juga tewas.Istrinya pun tergolek pingsan tak berdaya. Yang tertinggal hanyalah anak perawan Haji Sahak yang ketakutan. Dengan belas kasih Medasing membawa anak perawan tersebut beserta harta Haji Sahak yang dirampasnya. Setelah sekian lama berjalan akhirnya mereka sampai di pondok mereka tinggal.
Keesokan harinya, ketika kawanan perampok tertidur lelap,Sayu anak perawan yang dibawa Medasing mengendap-endap berusaha melarikan diri. Setelah beberapa saat berjalan di tengah hutan yang lebat, Sayu mulai putus asa karena dia tidak mengetahui jalan pulang. Ketika Sayu sedang duduk bersandar di pohon besar, Sayu dihampiri oleh Samad mata-mata perampok tersebut. Setelah melihjat kecantikan Sayu, Samad berniat untuk memperistrinya. Setelah merayu Sayu, Samad beranjak ke pondok kawanan perampok tersebut untuk mengambil harta hasil rampasan kemarin malam. Akan tetapi belum sempat rencana itu dapat terlaksana, Medasing pun terbangun. Akhirnya Samad mengurungkan niatnya.
Medasing melihat kanan kiri mencari Sayu yang tidak ada di tempatnya. Dengan dorongan hati nurani Medasing beranjak mencari Sayu. Tak berapa lama Medasing menemukan Sayu yang sedang bersandar di sebuah pohon besar. Medasing yang tersohor akan kekuatannya seakan kehilangan kekuatannya ketika melihat kecantikan Sayu.
Sementara itu ibu Sayu Nyi Haji Andun sedang dilanda kesedihan yang sangat dalam.Nyi Haji Andun kebingungan bagai mana cara ia menggantikan uang milik para pemilak kerbau yang dijualkannya.Ia pun meminta bantuan kepada Bedul kakaknya.
Bedul menyarankan kepada Nyi Haji Andun untuk menjual rumahnya.Nyi Haji Andun mengikuti saran kakaknya, dan sekarang ia tinggal di sebuah pondok kecil di ujung desa. Musibah itu sangatlah berat baginya dan telah membuatnya jatuh sakit.Saat ini ia dirawat oleh anak angkatnya yang bernama Sima.
Semakin lama Sayu mulai terbiasa hidup dalam kawanan perampok. Seakan-akan dia sebagian dari kawanan perampok tersebut. Sayu juga tak merasa canggung merawat luka Tusin dan Amat. Tusin mulai sembuh, tangannya yang patah telah normal kembali. Akan tetapi luka Amat yang didapat ketika merampok Haji Sahak semakain parah. Luka itu semakin membusuk dan bertambah dalam. Akhirnya Amat meninggal.
Waktu semakin berlalu, Samad yang semakin tergoda melihat kecantikan Sayu berusaha mencari akal bagaimana ia melarikannya.Akhirnya muncullah akal licik dari Samad.Samad memberikan informasi palsu bahwa aka nada saudagar kaya yang akan ke Pagar Alam. Padahal yang akan ke Pagar Alam adalah sekelompok serdadu yang membawa persenjataan lengkap untuk kepentingan militer di tanah Pasemah. Dengan harapan Medasing dan kawan-kawan akan terbunuh, dan Samad bisa melarikan Sayu. Akan tetapi tidak mungkin perampok-perampok itu hanya pergi bertiga.Maka Medasing mengajak Samad untuk ikut merampok. Dengan perasaan takut jika ketauan bahwa Samad berbohong maka Samad menyanggupinya.
Pada saat menjalankan aksinya Tusin tewas tertembus peluru salah satu serdadu. Sementara itu Samad melarikan diri. Akhirnya Medasing dan Sanip kembali kepondok tanpa membawa hasil.
Saat ini di pondok kecil itu hanya tinggal tiga orang yaitu Sayu, Medasing, dan Sanip. Pada suatu ketika Sanip dan Medasing pergi berburu. Ketika sedang mengejar kijang buruannya Medasing dan Sanip jatuh terperosok ke dalam jurang. Medasing mengalami patah pada siku lengannya. Tetapi malang bagi Sanip, tombak yang dipegangnya menembus dadanya dan menewaskannya. Dengan tergopoh-gopoh Medasing kembali ke pondok seorang diri. Dan tanpa rasa dendam Sayu merawat Medasing.Setelah beberapa hari berlalu, persediaan beras semakin menipis. Samad yang biasanya membawakan beras dari kota tak kunjung dating. Akhirnya terketuklah hati Medasing. Medasing berniat untuk membawa Sayu kembali ke rumahnya. Kepulangan Sayu disambut perasaan haru oleh keluarganya. Akan tetapi tak lama Nyi Haji Andun melihat Sayu akhirnya dia meninggal karena penyakit yang dideritanya.
B. UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERITA
1. Tema : Perjuangan dalam menjalani kehidupan
2. Amanat :
· Sifat pendendam tidak akan menyelesaikan masalah, maka bersikaplah penyabar dalam menghadapi masalah yang datang.
· Kelicikan seseorang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri.
· Seberapa kejam dan jahatnya seseorang pasti memiliki sisi kebaikan yang dapat dibuka dengan kebaikan pula.
· Dalam memenuhi kebutuhan hidup bukan berarti boleh menghalalkan segala cara.
3. Alur : Campuran
4.Tokoh dan karakter
· Medasing : Emosional, pemberani, pikirannya tajam, pejuang keras, walaupun kejam tetapi masih memiliki hati nurani yang baik.
· Amat : Penurut kepada pemimpinnya, pemberani,, kejam.
· Sohan : Pemberani, Kejam, emosional.
· Sanip : Pemberani, kejam.
· Tusin : Pemberani, kejam.
· Samad : Licik, tak setia kawan.
· Sayu : Penyabar, tidak pendendam, lemah lembut, baik hati, taat beribadah.
· Nyi Haji Andun : Penyabar, tabah dalam menghadapi cobaan, tak mau menggantingkan hidupnya kepada orang lain.
· Haji Sahak : Pekerja keras, ulet.
· Bedul : Baik hati.
· Sima : berbakti pada orang tua.
5. Setting
· Tempat : Dihutan rimba, Tanah Pasemah, Palembang, Dusun Endikat, Gunung Dempo, tepi kepunden, Negeri Bandar, kaki pegunungan, sungai Lematang, Pulau Pinang, Negeri Pagar Alam.
· Waktu : Tengah hari, malam hari, sore hari, pagi hari.
6.Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga
7.Hubungan isi cerita dengan kehidupan sehari-hari
Sebagai mana dalam kehidupan di dunia ini, kebaikan dan kejahatan akan selalu ada. Kedua hal itu adalah sesuatu yang abadi dan selalu akan bertentangan.Namun ada kalanya kebaikan dapat meluluhkan kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar